Senin, 23 Desember 2013
Sabtu, 14 Desember 2013
PANTAI NGEBOOM
Biasanya, setiap hari
sabtu aku suka menulis. Merangkai kata
menjadi kalimat, merangkai kalimat menjadi paragraf, Dan menata setiap paragraf
agar bisa menjadi bacaan yan enak enak dibaca, setidaknya untuk diri sendiri.
Aku sengaja memilih hari sabtu karena hari tersebut merupakan hari akhir pekan.
Di sekolah misalnya, jam sebelas teman2 dah pada kabur. Nach, waktu tersebut
aku pergunakan untuk bersantai, rileks, menikmati kesendirian.
Saat sendiri
seperti itulah kita dapatkan ketenangan,
ketenangan yang akan membuat kita mendapat ilham tuk menulis, menuangkan apa
yang adadalam pikiran, sbg cerminan rasa hati, entah suka, duka, kecewa atau
rasa yang lainnya.
Dan di hari sabtu
minggu ke dua di bulan desember ini, aku ingin menulis tentang kisahku sendiri
selama sepekan ini. Yang pertama secara
kedinasan, jelas bahwa seminggu ini disibukkan dg UUS I, laporan DAK beserta
ubo rampenya, pesan kaos tuk anak-anak, menata kantor sehubungan dengan
datangnya bantuan DAK berupa alat peraga yang membutuhkan tempat. Yg kedua yg
berhubungan dengan masalah sosial kemasyarakatan, karena aku di daulat kembali
tuk menyampaikan pengumuman di masjid. Ini artinya aku harus berangkat jumatan
lebih awal, karena sebelum adzan dan khutbah harus sudah duduk manis di barisan
pertama atau kedua tuk menyampaikan pengumuman, sebab kalo telat dan duduk
dibelakang maka aku harus melompati para jama’ah yg lagi asyik berdzikir.
Selain tidak sopan, aku gak mau dilempar sandal oleh mereka yg terusik
kekhusu’annya. Bahkan beberapa tetangga ikut2an latah menjadikanku sbg pembawa
acara bila mereka punya hajat. Dampaknya aku harus duduk manis bersama para orang tua dan sesepuh dengan
meninggalkan teman2 yg lebih muda. Ke tiga, secara pribadi aku sedang kurang
nyaman karena ada resah gelisah yg menyelinap di hati, istilah anak mudanya
sedang “galau”. Kegalauan ini disebabkan ulah seseorang yg dg sengaja mencoba
mengusik kedamaianku. Tapi gak aku tanggapi, makanya aku lebih baik “diam”,
daripada dianggap mencampuri urusan
mengundang tamu di hari specialnya nanti. Aku gak punya menentukan apalagi
melarang tuk mengundang tamu-tamu istimewanya nanti.
Nach, tuk mengusir
galau membayangkan hari esok hanya melompong kaya sapi ompong di rumah,
nelongso berderai air mata, maka lebih baik refresing bersama anak-anak kelas
enam pesiar ke pantai ngeboom, nikmati ombak dan angin laut tuk mengusir galau
yg ada di hati.
Kamis, 12 Desember 2013
aku bukan hewan nokturnal
tak terbiasa tidur malam karena aku bukan kelelawar atau hewan nokturnal lainnya. makanya gemlebeg gak karuan kaya ada sesuatu yang membuat gak enak badan.tapi dah coba pejamkan mata walau belum lelap jua. tapi aku harus tidur agar esok bisa bangun dengan dengan segar, aku gak mau sakit hanya gara2 tidur malam menyaingi kelelawar.
Sabtu, 07 Desember 2013
SENYUM MANISKU
Sabtu, 7 Desember
2013.
Jarum di jam
dinding menempel di angka sebelas, menandakan hari sudah siang. Kantor
sekolahku lengan ditinggal para penghuninya.
Ada yang ijin mau ke kebun, ada yg mau jemput anak, ada yg akan meladeni
tukang di rumahnya, ada juga yg mau
melengapi berkas sertifikasi.
Di sini, di ruang
ini tinggallah ku sendiri berteman sepi, menikmati kesendirian. Sendiriku kali
ini bukan karena kesepian, Tapi aku memang lagi pingin sendiri saja, mengusir
risau yg sempat mengusik ketenangan hati. Agar lebih afdhol, HP aku non
aktifkan dg harapan agar lebih khusuk dalam bertafakur.
Belum lagi
mendapatkan ilham, sekelompok anak tiba-tiba memasuki ruang kantor disusul
kemudian oleh kelompok lain. Mereka merayuku tuk meminjami alat-alat olahraga.
Tak mau mengecewakan mereka, maka aku penuhi permintaan mereka walaupun
sebenarnya ini sudah di luar jam pelajaran.
Tak berapa lama
kemudian canda tawa dan gurauan disertai teriakan menggema memecah
kesunyian. Lewat daun jendela, kulihat
mereka asyik bermain. Ada yg badminton, ada yg tenis meja dan ada pula yg
bermain catur. Keceriaan menghiasi wajah mereka walau bermain dengan aturan yg
tidak jelas. Ini bisa dimaklumi karena
merupakan permainan baru buat mereka.
Di halaman bawah,
tepatnya di depan gedung perpustakaan yg sedang dibangun, enam anak bermain
badminton dalam satu lapangan. Mereka asik gebug shuttel kock tanpa pedulikan
kadang raketnya memukul kepala temannya. Walau terkena sabetan raket, tapi
mereka gak nangis, paling Cuma meringis kesakitan.
Di halaman depan
yg biasa digunakan tuk upacara bendera, enam anak bermain tenis meja. Empat
anak bermain sportif dg menggunakan bad pingpong, sementara dua anak lainnya
malah pakai raket sbg alat pemukulnya. Sementara di teras, beberapa anak
berkelompok mengelilingi papan catur.
Ups......seulas
senyum manis sempat tersungging di bibir manisku melihat kelucuan mereka. Jujur
ada terselip rasa bahagia saat melihat kebahagiaan di mata mereka. Bagaimanapun
juga mereka adalah anak-anakku, anak didikku yg aku harap kelak akan menjadi
manusia yg berguna bagi nusa, bangsa, agama dan orang tua.
Langganan:
Postingan (Atom)