Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 07 Desember 2013

SENYUM MANISKU

    Sabtu, 7 Desember 2013.
    Jarum di jam dinding menempel di angka sebelas, menandakan hari sudah siang. Kantor sekolahku lengan ditinggal para penghuninya.  Ada yang ijin mau ke kebun, ada yg mau jemput anak, ada yg akan meladeni tukang di rumahnya,  ada juga yg mau melengapi berkas sertifikasi.
    Di sini, di ruang ini tinggallah ku sendiri berteman sepi, menikmati kesendirian. Sendiriku kali ini bukan karena kesepian, Tapi aku memang lagi pingin sendiri saja, mengusir risau yg sempat mengusik ketenangan hati. Agar lebih afdhol, HP aku non aktifkan dg harapan agar lebih khusuk dalam bertafakur.
    Belum lagi mendapatkan ilham, sekelompok anak tiba-tiba memasuki ruang kantor disusul kemudian oleh kelompok lain. Mereka merayuku tuk meminjami alat-alat olahraga. Tak mau mengecewakan mereka, maka aku penuhi permintaan mereka walaupun sebenarnya ini sudah di luar jam pelajaran.
    Tak berapa lama kemudian canda tawa dan gurauan disertai teriakan menggema memecah kesunyian.  Lewat daun jendela, kulihat mereka asyik bermain. Ada yg badminton, ada yg tenis meja dan ada pula yg bermain catur. Keceriaan menghiasi wajah mereka walau bermain dengan aturan yg tidak jelas.  Ini bisa dimaklumi karena merupakan permainan baru buat mereka.
    Di halaman bawah, tepatnya di depan gedung perpustakaan yg sedang dibangun, enam anak bermain badminton dalam satu lapangan. Mereka asik gebug shuttel kock tanpa pedulikan kadang raketnya memukul kepala temannya. Walau terkena sabetan raket, tapi mereka gak nangis, paling Cuma meringis kesakitan.
    Di halaman depan yg biasa digunakan tuk upacara bendera, enam anak bermain tenis meja. Empat anak bermain sportif dg menggunakan bad pingpong, sementara dua anak lainnya malah pakai raket sbg alat pemukulnya. Sementara di teras, beberapa anak berkelompok mengelilingi papan catur.

    Ups......seulas senyum manis sempat tersungging di bibir manisku melihat kelucuan mereka. Jujur ada terselip rasa bahagia saat melihat kebahagiaan di mata mereka. Bagaimanapun juga mereka adalah anak-anakku, anak didikku yg aku harap kelak akan menjadi manusia yg berguna bagi nusa, bangsa, agama dan orang tua.

0 komentar:

Posting Komentar