Beberapa hari ini aku coba berdiam diri,
menyepi, menjauh dari keramaian, tuk mencari “sesuatu”, inspirasi, ilham atau
apalah namanya, yg penting “sesuatu” tersebut untuk mencari solusi dari
permasalahan yg kadang mengganjal di hati, mengganggu pikiran, dan kadang
mengusik ketenangan jiwa.
Dalam kurun waktu
tersebut, aku mendapat beberapa pengalaman kecil yang dapat aku pergunakan
untuk menggapai “sesuatu” yg dimaksud.
Yang pertama aku
sempat curhat pada seorang teman. Dari curhat tersebut aku dapat ambil
kesimpulan bahwa kebencian pada seseorang kadang dikarenakan faktor iri hati,
sentimen, atau cemburu. Kadang kedekatan
kita dg seseorang akan membuat orang lain iri hati pada kita. Untuk menjauhkan
kita, orang tersebut bisa pinjam tangan orang lain untuk menghancurkan
keakraban tersebut dg seribu macam cara.
Kedua, Orang yg
kita anggap dekat belum tentu 100% bisa
menerima kita. Artinya orang tersebut belum tentu merasa senang dg kebahagiaan
yg kita dapatkan. Ini sering terjadi
karena rasa iri hari akan sesuatu yg ada pada kita. Orang semacam ini lebih
berbahaya krn dia bersifat munafik, berpura-pura baik di depan kita, tapi bisa
menikam di belakang kita.
Ke tiga, seorang
sahabat lama muncul ketika aku sedang membutuhkan bantuan. Walaupun bantuan
tersebut berupa teori untuk meningkatkan kesehatan, tapi itu sangat berarti.
Bukan hanya faktor teorinya, tapi faktor perhatian dan kepedulian yg
ditunjukkannya pada kita. Artinya walau terpisah jarak yg cukup jauh, dan lama
tidak berjumpa, ternyata seorang sahabat masih bisa peduli pada kita. Hal ini
bisa membuat kita lebih bersemangat.
Ke empat, orang
dekat ku sedang berusaha menjaga jarak. Kalau ini demi kebaikan bersama, tentu
saja aku akan mendukung. Tapi kalau hanya cemburu karena aku sering berdiam
diri, hal ini perlu aku luruskan, bahwa saat ini aku sudah enjoy dengan semua
yg ada padaku. Karena aku sudah punya keluarga, punya kekasih, punya saudara,
punya sahabat, punya teman dan punya rekan kerja yg solid. Jadi aku gak
perlu”pecicilan” mencari “kekasaih baru”. TITIK, sekali lagi, TITIK tanpa koma. Ini harga mati sehingga tidak
bisa ditawar dan gak perlu diragukan lagi.
Ke lima, aku bisa
pahami tentang kecemburuan pada seseorang justru dari pengalaman sederhanaku.
Ceritanya beberapa hari lalu aku mengantar ipar jual perhiasan. Ternyata, harga
emas itu per gramnya tidak sama. Tinggi rendah harga emas sangat ditentukan
kadar karatnya. Semakin tinggi kadar karatnya, maka semakin tinggi pula harga
emas tersebut. Dari pengalaman sederhana tersebut aku bisa ambil kesimpilan
bahwa semakin kita mencintai seseorang, maka cemburu yg mengiringinya juga
semakin besar. Kalau kita mencintai dengan sederhana, maka cemburunyapun
sederhana. Kalau kita mencintai dengan bisa-biasa saja, maka cemburunyapun juga
biasa-biasa saja.Sebaliknya bila kita tidak mencintao orang tersebut, maka
dapat dipastikan tidak ada cemburu yg tercipta sama sekali.
Nach, dari hasil
renungan tersebut di atas, maka dapat
diambil kesimpulan sbg berikut :
1. 1.
Saat ini aku sedang enjoy.
2. 2.
Saat ini aku baik-baik saja.
3. 3.
Saat ini aku sedang butuh ketenangan.
4. 4. Saat ini aku sedang butuh perhatian
0 komentar:
Posting Komentar